Home » » Seni Hidup

Seni Hidup

Written By Admin on Sabtu, 12 Maret 2011 | 10.53

Setiap orang mencari kedamaian dan keharmonisan, karena inilah yang kurang dalam kehidupan kita. Dari saat ke saat kita mengalami kegelisahan, kejengkelan, ke-tidak-harmonisan, penderitaan. Saat seorang gelisah, ia juga menyebarkan penderitaan tersebut kepada orang lain – kegelisahan merembes keluar dari orang yang menderita ke sekelilingnya. Sehingga setiap orang yang berhubungan dengannya ikut menjadi jengkel dan gelisah. Tentu ini bukan cara hidup yang baik.

Seseorang harus hidup damai dengan dirinya sendiri dan juga dengan yang lain. Bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial, ia harus hidup dan berhubungan dengan masyarakat. Bagaimana kita bisa hidup damai? Bagaimana tetap harmonis dengan diri sendiri dan juga masyarakat sekitarnya sehingga orang lain bisa hidup damai dan harmonis?

Seseorang gelisah. Untuk keluar dari kegelisahan, ia harus mengetahui alasan dasar atau sebab dari kegelisahannya. Bila ia menyelidiki masalah tersebut, akan jelas bahwa pada saat ia mulai membangkitkan kekotoran dalam batin atau pikiran, ia pasti menjadi gelisah. Pikiran yang tidak murni dan kotor tidak dapat hadir bersamaan dengan kedamaian dan keharmonisan.


Bagaimana seorang membangkitkan kekotoran batin? Sekali lagi, dengan menyelidiki akan menjadi jelas, saya menjadi tidak senang saat melihat seorang bertingkahlaku tidak seperti yang saya inginkan atau sesuatu terjadi tidak sesuai dengan harapan saya. Sesuatu yang tidak diharapkan terjadi dan saya membuat ketegangan dalam diri. Sesuatu yang diinginkan tidak terjadi, karena suatu sebab, lagi-lagi saya membuat ketegangan didalam diri. Dalam hidup ini hal yang tidak diharapkan bisa terjadi, hal yang diharapkan bisa terjadi ataupun tidak, proses atau reaksi mengikat simpul-simpul ‘Gordian-knots ‘ membuat seluruh struktur mental dan jasmani menjadi tegang, penuh kenegatifan, hidup pun menjadi derita.

Satu cara untuk menyelesaikan masalah adalah dengan mengatur hal yang tidak diharapkan agar jangan terjadi dan berusaha agar semua hal terjadi seperti apa yang inginkan. Maka saya harus mengembangkan kekuatan atau saya bersandar pada orang lain yang punya kekuatan yang bisa membantu saya setiap saat sehingga segala sesuatu terjadi atas keinginan saya. Tapi ini tidak mungkin. Tidak ada seorang -pun didunia ini yang keinginannya bisa selalu terpenuhi. Jadi timbul pertanyaan bagaimana saya tidak bereaksi buta terhadap hal-hal yang tidak saya sukai? Bagaimana tidak membuat ketegangan? Bagaimana menjaga tetap damai dan harmonis?

Di India, juga negara lain, para bijaksana telah mempelajari masalah ini – masalah penderitaan manusia – dan menemukan solusinya : Bila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dan seorang mulai bereaksi dengan membangkitkan kemarahan, takut atau kenegatifan apa saja, secepatnya ia harus mengalihkan perhatian-nya ke hal lain. Misalnya , berdiri, mengambil segelas air, mulai minum. Kemarahannya tidak akan diper-banyak dan ia akan keluar dari kemarahan. Atau mulai menghitung: satu, dua dan seterusnya. Atau mengulang sebuah kata, kalimat atau mantra, mungkin nama dewa dewi yang dipercaya, pikiran dialihkan dan anda keluar dari kenegatifan dalam batas tertentu.

Solusi ini membantu. Dengan cara ini batin merasa bebas dari kegelisahan. Tapi sebenarnya solusi ini hanya bekerja pada lapisan sadar. Dengan mengalihkan perhatian ia menekan kenegatifan jauh kedalam bawah-sadar dan pada lapisan ini ( bawah-sadar ), tanpa ia sadari, ia melanjutkan membangkitkan dan menggandakan kekotoran yang sama. Pada permukaan terdapat lapisan ketenangan dan harmonis, tapi pada kedalaman batin terdapat gunung berapi yang tertidur yang cepat atau lambat akan meletus dengan hebat.

Pencari kebenaran batin lainnya melanjutkan pencariannya dan dengan mengalami realita dari batin-materi dalam dirinya mereka mendapatkan bahwa mengalihkan perhatian hanyalah menghindar dari masalah. Menghindar bukanlah solusi yang baik: orang harus menghadapinya. Saat kekotoran timbul dalam batin, amati saja, hadapi. Kekotoran mental akan segera berkurang secepatnya seorang mengamati-nya. Dengan perlahan kekotoran akan layu dan tercabut.

Solusi yang baik adalah menghindari dua extrim — penekanan atau bereaksi buta. Menekan kekotoran dalam bawah-sadar tidak akan mencabut kekotoran tersebut, membiarkan kekotoran batin menjelma dalam bentuk tindakan fisik atau vokal hanya akan menimbulkan masalah lebih banyak. Tapi bila seorang hanya mengamati, kekotoran akan berlalu dengan sendirinya dan kenegatifan tercabut. Ia bebas dari kekotoran batin.

Ini kedengaran bagus, tapi apakah ini benar-benar praktis? Untuk rata- rata orang apakah mudah menghadapi kekotoran batin? Saat kemarahan timbul, begitu cepat ia menguasai kita sehingga tidak sempat mengenalinya. Dikuasai oleh kemarahan, kita bertindak secara jasmani atau ucapan yang merugikan kita dan orang lain. Kemudian saat amarah telah berlalu, kita mulai menyesal, minta ampun dari orang ini dan itu atau dari Tuhan: Oh saya telah membuat kesalahan, mohon ampuni saya. Tapi saat berikutnya, ketika kita berada dalam situasi yang sama, sekali lagi kita bereaksi dengan cara yang sama. Semua penyesalan itu tidak membantu sama sekali.

Kesulitannya adalah saya tidak menyadari saat kekotoran timbul. Kekotoran dimulai dari jauh didalam bawah-sadar dan saat mencapai pikiran sadar, ia telah mendapatkan kekuatan yang begitu besar yang bisa menguasai saya dan tidak dapat di amati.

Jadi saya harus punya sekretaris pribadi sehingga saat kemarahan timbul, dia akan berkata ‘Lihat Tuan, kemarahan timbul’. Karena saya tidak tahu kapan amarah timbul, saya harus punya tiga sekretaris untuk berjaga bergantian selama 24-jam. Umpama saya mampu, saat amarah timbul dan sekretaris mengatakan: ‘Tuan lihat, kemarahan timbul ‘, hal pertama yang akan saya lakukan adalah menamparnya dan memakinya: ‘Bodoh kamu, Apakah kamu dibayar untuk mengajari aku’? Saya sudah dikuasai oleh kemarahan, tidak ada nasihat yang baik yang bisa membantu.

Meskipun saya tidak menamparnya, saya berkata ‘Terima kasih banyak, sekarang saya harus duduk dan mengamati kemarahanku’. Apakah itu mungkin? Secepatnya mata saya pejamkan dan mengamati kemarahan, segera objek kemarahan masuk kedalam pikiran – orang atau kejadian yang membuatku marah. Jadi saya tidak mengamati kemarahan itu sendiri tapi saya hanya mengamati rangsangan luar dari emosi. Ini hanya akan menggandakan kemarahan. Ini bukan solusi. Adalah sangat sulit untuk mengamati kenegatifan serta emosi yang abstrak, terpisah dari objek luar yang menyebabkannya.

Tapi orang yang telah mencapai kebenaran akhir menemukan solusi yang nyata. Ia mendapatkan saat kekotoran timbul didalam batin secara bersamaan dua hal terjadi pada tingkat fisik. Satu adalah nafas kehilangan irama yang normal. Kita mulai bernafas cepat saat kenegatifan masuk dalam batin. Ini mudah diamati. Pada tingkat yang lebih halus, semacam reaksi biokimia terjadi didalam tubuh – semacam sensasi. Setiap kekotoran akan membangkitkan satu dan lain sensasi pada satu bagian tubuh atau lainnya.

Ini adalah solusi yang praktis. Orang awam tidak bisa mengamati kekotoran batin – ketakutan, kemarahan atau emosi yang abstrak. Tapi dengan latihan dan praktek yang tepat adalah mudah mengamati pernafasan dan sensasi tubuh — keduanya langsung berhubungan dengan kekotoran batin.

Pernafasan dan sensasi akan membantu dalam dua hal. Pertama, mereka akan menjadi seperti ‘sekretaris pribadi’. Secepatnya ada kekotoran timbul dalam batin, nafas akan berubah tidak normal. Ia akan teriak ‘Lihat ada yang salah’. Sayapun mulai mengamati nafas dan sensasi dan saya segera mendapatkan kekotoran berlalu.

Fenomena materi-batin ini seperti mata uang dengan dua sisi. Pada satu sisi adalah apapun pikiran atau emosi yang timbul didalam batin. Sisi lainnya adalah nafas dan sensasi dalam tubuh. Setiap pikiran atau emosi, setiap kekotoran mental mewujudkan diri dalam nafas dan sensasi pada saat itu. Jadi dengan mengamati nafas atau sensasi, saya sebetulnya mengamati kekotoran batin. Dari pada menghindari masalah, saya menghadapi kenyataan sebagaimana adanya. Kemudian saya mendapatkan bahwa kekotoran batin kehilangan kekuatannya. Saya tidak lagi bisa dikuasai seperti dulu. Bila saya bertahan, kekotoran akhirnya lenyap dan saya tetap damai dan bahagia.

Dengan cara ini, teknik mengamati diri menunjukkan kepada kita adanya dua aspek yaitu aspek dalam dan aspek luar. Sebelumnya, saya selalu melihat dengan mata terbuka lebar dan melewatkan kebenaran didalam. Saya selalu melihat keluar untuk sebab dari ketidak-bahagiannya, saya selalu menyalahkan dan mencoba merubah realitas diluar tidak mau tahu dengan realita didalam. Saya tidak mengerti bahwa sebab dari penderitaan berada didalam; didalam reaksi buta saya sendiri terhadap sensasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.

Sekarang dengan berlatih, saya bisa melihat sisi lain dari mata uang. Saya bisa menyadari nafas dan juga apa yang terjadi didalam diri saya. Apapun itu, nafas atau sensasi, saya belajar hanya mengamati tanpa kehilangan keseimbangan batin. Saya berhenti bereaksi, berhenti memperbanyak penderitaan. Saya biarkan kekotoran mewujudkan diri dan berlalu.

Semakin banyak orang berlatih teknik ini, semakin cepat ia keluar dari kenegatifan. Secara berangsur batin / pikiran keluar dari kekotoran dan menjadi murni. Batin yang murni selalu penuh dengan cinta tanpa pamrih untuk semuanya, penuh belas kasih untuk penderitaan orang lain, penuh kegembiraan atas sukses dan kebahagiaan yang lain, penuh keseimbangan dalam menghadapi segala situasi.

Saat seorang mencapai tahap ini, seluruh pola kehidupannya mulai berubah. Tak mungkin lagi ia melakukan tindakan fisik atau vokal yang mengganggu kedamaian serta kebahagiaan orang lain. Sebaliknya batin yang seimbang tidak saja membuatnya damai, tapi juga membantu orang lain menjadi damai. Kedamaian serta keharmonisan yang terpancar dari orang tersebut akan mempengaruhi orang disekelilingnya.Dengan belajar tetap seimbang dalam menghadapi semuanya yang dialami dalam  tubuhnya, ia tidak terpengaruh lagi terhadap semuanya yang ia jumpai dalam situasi diluar.

Semoga semua orang keluar dari kekotorannya, penderitaannya. Semoga mereka menikmati kebahagiaan sejati, kedamaian sejati, keharmonisan sejati.

Share this article :

0 komentar:

 
Copyright © 2013 - 2016. Kumpulan Artikel 77 - All Rights Reserved